Archive for the ‘kayu indonesia’ Category

HABITAT KAYU MERANTI DAN MANFAATNYA

Mengenal Tumbuhan Meranti

Meranti termasuk keluarga Dipterocarpaceae. Secara harfiah, Dipterocarpaceae berasal dari kata latin, yaitu di = dua, carpa=carpus=sayap, yang berarti buah bersayap dua. Jenis Dipterocarpus (jenis-jenis Kruing), Cotylelobium dan Anisoptera (jenis-jenis mersawa) umumnya bersayap dua, sedangkan Hopea (jenis-jenis merawan), Parashorea dan Shorea (jenis-jenis meranti, bangkirai dan balau) memiliki sayap bervariasi antara 2-5, namun Vatica (jenis-jenis resak) memiliki sayap yang sangat pendek bahkan tanpa sayap. Pohon meranti memiliki bentuk batang bulat silindris, dengan tinggi total mencapai 40-50 m. Kulit kayu rata atau beralur dalam atau dangkal, berwarna keabu-abuan sampai coklat. Pada umumnya berbanir tinggi sampai 6-7 m. Nama kayu perdagangan meranti ditentukan dari warna kayu gubalnya, seperti meranti Putih, meranti Kuning dan meranti merah.

Rataan riap diameter Shorea leprosula (meranti batu) adalah 1,37 cm/tahun, sehingga kayu meranti dapat dipanen pada umur 30 tahun setelah ditanam. Jika riap diameter meranti mencapai 1,8-2,0 cm/tahun, maka kayu dapat dipanen pada umur 25 tahun.

Meranti pada umumnya berbunga dan berbuah 4-7 tahun sekali yang disebut dengan musim berbuah masal. Di Arboretum Bogor ada jenis Dipterokarpa lain yang berbuah tiap tahun yaitu Hopea odorata (merawan) dan Anisopteramarginata Musim buah masak meranti bervarisi tergantung jenis dan lokasinya. Di Hutan Penelitian Haur Bentes, Jasinga, jenis S. leprosula, S. pinanga, S. stenoptera, S. mecistopteryx buah masak pada bulan Desember-Maret, sementara Hopea mengerawan, Hopea sangal, H. odorata buah masak pada bulan Juli-September. Di Sumatra, S. parvifolia dijumpai berbuah pada bulan Desember Januari, Shorea acuminata berbuah pada bulan Oktober-Desember.

Musim buah meranti sangat menentukan ketersediaan benih, karena benih meranti merupakan benih rekalsitran yang cepat berkecambah sehingga tidak dapat  disimpan lama. Penyimpanan akan menurunkan viabilitas (kemampuan berkecambah) benih.

Meranti tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya berkisar antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan bijinya, kayu ini dibedakan lebih lanjut atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini, sementara jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu.

Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah. Namun kayu meranti merah cukup mudah diawetkan dengan menggunakan campuran minyak diesel dengan kreosot.

Kayu Meranti adalah salah satu jenis pohon idola. Kayu Meranti ini tergolong kayu keras  berkualitas nomor wahid. Kayu meranti mempunyai banyak keistimewaan. Di antaranya, ‘istimewa’ karena memiliki batang lurus, berdiameter besar, tinggi, bebas cabang, minim cacat mata kayu (karena Meranti memiliki kemampuan pruning, yaitu pembebasan cabang pohon) alami secara swadaya dan mandiri. Dan di antara tegakan Meranti yang sudah tumbuh besar dan gagah, tumbuh anakan Meranti yang lemah. Menariknya, keberadaan pohon besar itu justru melindungi anakan Meranti (yang lemah) sehingga anakan Meranti terbantu tumbuh dengan keberadaan Meranti besar. Tidak sebaliknya, Meranti besar menindas anakan Meranti yang baru berkembang.

Meranti menjadi rumah bagi sarang burung Punai, salah satu burung indah yang sudah langka ditemukan. Selain fungsi ekologi, pohon Meranti dapat berfungsi juga untuk:

  • mengurangi dampak erosi,
    • menyuburkan tanah dengan dekomposisi daun dan perkembangan mikoriza,
    • peningkatan kelembaban perkebunan sawit
    • meningkatkan sumber cadangan air.

Beberapa jenis meranti, antara lain: Lefrosula, Suria Joreisus, Suria Parpefefula, dan Smetiana. Kayu yang diproduksi adalah kayu yang berumur 25 Tahun ke atas yang berdiameter minimal 40 Cm.

 

2.2.            Manfaat Tumbuhan Meranti

Berbicara nilai ekonomi, Pohon Meranti menghasilkan kayu keras dengan kualitas tinggi. Kayu meranti dijadikan sebagai bahan dasar untuk membuat kursi-meja ekslusive, peti perhiasan, aneka cenderamata. Karena kualitas yang tinggi, harga jual kayu meranti sangatlah ekonomis. Dan ini menjadi alasan bahwa pohon meranti terus menjadi incaran para penebang kayu, baik yang berstatus legal maupun ilegal.

Meranti merupakan salah satu kayu komersial terpenting di Asia Tenggara. Kayu ini juga yang paling umum dipakai untuk pelbagai keperluan di kawasan Malaysia. Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan mebel dan perabot rumahtangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merah-tua yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu.

Kayu meranti gampang di olah menjadi produk pertukangan berupa kusen pintu jendela dll,kayu meranti sebagai kayu yang dapat dikerjakan sangat mudah dan halus serat texturnya. Sebagian kayu meranti yang sudah diperdagangkan tidak sesuai dengan standar baku ukurannya, biasanya kami sering mendapatkan ukuran panjang (misal 4 m) tak ada sessuai dengan ukurannya, sehingga menyulitkan bagi pertukangan untuk mengatur kayu dalm pembuatan seperti kusen, pintu dan jendela.Harga kayu meranti yang tak begitu mahal menjadikan pilihan bagi bahan pembuatan matrial kusen, pintu, jendela.

Meranti merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas.

Di samping menghasilkan kayu, hampir semua meranti merah menghasilkan damar, yakni sejenis resin yang keluar dari batang atau pepagan yang dilukai. Damar keluar dalam bentuk cairan kental berwarna kelabu, yang pada akhirnya akan mengeras dalam warna kekuningan, kemerahan atau kecoklatan, atau lebih gelap lagi.

Beberapa jenis meranti merah menghasilkan buah yang mengandung lemak serupa kacang, yang dikenal sebagai tengkawang. Pada musim-musim tertentu setiap beberapa tahun sekali, buah-buah tengkawang ini dihasilkan dalam jumlah yang berlimpah-ruah; musim mana dikenal sebagai musim raya buah-buahan di hutan hujan tropika. Di musim raya seperti itu, masyarakat Dayak di pedalaman Pulau Kalimantan sibuk memanen tengkawang yang berharga tinggi.

 

2.3.            Penanaman Tumbuhan meranti

2.3.1.        Pembangunan Persemaian

Salah satu faktor penting dalam penanaman kayu meranti, adalah penyedian bibit yang bermutu. Penyediaan bibit meranti dapat dilakukan pada persemaian permanen maupun persemaian tidak permanen. Untuk usaha pertanian skala kecil misalnya sebagai tanaman sela dalam sistem wanatani karet, persemaian tidak permanen dapat dibangun di dalam persemaian/nursery karet (root stock). Lokasi yang dipilih untuk membangun persemaian harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

  • lahan yang relatif datar, kemiringannya tidak lebih dari 5 %
  • dekat dengan sumber mata air
    • dekat dengan jaringan jalan dan mudah dijangkau.

 

2.3.2.        Persiapan Lahan Persemaian

Penyemaian benih meranti dapat dilakukan pada bedeng semai atau bak semai berupa bak plastik.

  1. 1.        Bedeng semai atau tabur.
    1. Buat bedeng semai berukuran 1m x 5m pada arah timur barat. Apabila membuat lebih dari satu bedeng semai, maka beri jarak antar bedeng 50 cm
    2. Beri pembatas bambu atau kayu di sekelilingnya
    3. Apabila penyemaian dilakukan pada bak semai, pilihlah ukuran bak sesuai kebutuhan
    4. Beri sungkup plastik untuk menjaga kelembaban udara
    5. Beri naungan tembus cahaya 50% dengan menggunakan sarlon atau atap rumbia atau anyaman daun kelapa. Tinggi tiang naungan pada sebelah barat 80 cm dan sebelah timur 100 cm
    6. 2.        Media Semai.

Ada dua jenis media semai yang dapat digunakan dalam penyemaian benih meranti yaitu:

  1. Pasir halus atau campuran serbuk gergaji dan sekam padi dengan perbandingan 1:1. Apabila akan menggunakan mikoriza, media semai dan media sapih sebaiknya disterilisasi dahulu dengan cara dikukus atau disangrai selama 6 jam. Sterilisasi bertujuan untuk membunuh jamur penyebab penyakit dan jamur lain yang ada dalam media.
  2. Pasir halus atau campuran sabut kelapa dan sekam dengan perbandingan 1:. Setelah media semai disiapkan, tabur di atas bedeng semai dengan1 ketebalan 5-10 cm dan disiram hingga kapasitas lapang.

 

2.3.3.        Penyemaian Benih

Sebelum disemai, benih meranti diskarifikasi terlebih dahulu yaitu dipetik sayapnya dan dipilih biji yang sehat serta utuh. Penyemaian benih meranti dapat dilakukan pada bedeng semai atau bak semai.

  1. Penyemaian pada bedeng semai:
  • Buat jalur/garis pada bedeng semai dengan jarak 5 cm menggunakan kayu tugal (panjang 10 cm, diameter 1 cm)
  • Letakkan benih sesuai dengan jalur/garis pada posisi tidur dan tidak terlalu dalam, sehingga bila benih berkecambah akan mudah mengangkat kotiledon
  • Tutup atau taburkan media semai hingga menutupi benih
  • Siram hingga kapasitas lapang
  • Tutup sungkup plastiknya.
  1. Penyemaian pada bak semai:
  • Tabur benih secara merata tanpa membuat jalur/garis
  • Tutup dengan media semai
  • Siram dengan embrat
    • Simpan bak semai di dalam sungkup plastik

Pada umumnya, benih meranti berkecambah 7-12 hari setelah disemai.

 

2.3.4.        Penyapihan Bibit

Apabila benih meranti yang disemai telah berkecambah dan memiliki dua pasang daun, maka siap disapih. Penyapihan bibit dapat dilakukan dengan memindahkan bibit dari bedeng semai atau bak semai ke kantong plastik. Tahap-tahap dalam proses penyapihan bibit adalah:

  1. Membuat bedeng sapih.
  • Buat bedeng sapih di persemaian dengan ukuran 1m x 5m.
  • Beri pembatas bambu atau balok kayu di sekeliling bedeng sapih. Apabila membuat lebih dari satu bedeng sapih, maka beri jarak antar bedeng 50 cm.
  • Tutup dengan sungkup bambu dan plastik setinggi 70 cm untuk menjaga kelembaban udara.
  • Sebagai naungan, pasang atap rumbia atau anyaman daun kelapa atau sarlon tembus cahaya 50%
  1. Menyiapkan media sapih
  • Ambil tanah dari bawah pohon induk, campurkan sekam padi dengan perbandingan 2:1.
  • Ayak dengan ayakan kasar untuk memisahkan kerikil.
  • Masukkan media sapih ke dalam kantung plastik berukuran 12cm x 15cm, atau 15cm x 20cm, tergantung dari ukuran bibit
  • Letakkan di dalam sungkup plastik pada bedeng sapih.
  1. Penyapihan
  • Gunakan kantung plastik yang telah diisi media sapih.
  • Angkat bibit dengan hati-hati dari media semai, dengan tanpa merusak perakarannya.
  • Buat lubang tanam pada media sapih dengan tugal kayu, sedalam perakaran bibit meranti.
  • Masukkan akar ke lubang tanam yang tersedia, kemudian tutup dan tekan dengan perlahan.
  • Siram hingga kapasitas lapang.
  • Pelihara di dalam sungkup plastik di bedeng sapih, hingga bibit cukup beradaptasi, selanjutnya sungkup dapat di buka.

 

2.3.5.        Pemeliharaan Bibit

Bibit dipelihara di persemaian hingga mencapai tinggi 30-50 cm, atau kurang lebih 2-3 bulan. Setelah itu, bibit siap ditanam di lapangan. Pemeliharaan bibit di persemaian meliputi:

  1. Pemupukan. Bila tidak dilakukan inokulasi mikoriza, berikan pupuk dasar (NPK) pada bibit di persemaian, dengan dosis 2 g/bibit.
  2. Pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang umum dijumpai di persemaian adalah:
  • Ulat kantong (Cryotothelea sp.) dan ulat bulu (Dasychira sp.) yang menyerang daun.
  • Hama penggerek batang (larva Scolytidae).
  • Penyakit lodoh (damping off).
  • Penyakit tumor pucuk disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh serangga Arachnidae.
  • Penyakit kerdil disebabkan oleh mikoplasma. Gejalanya: tumbuh kalus yang menumpuk seperti bola-bola kecil di ketiak cabang atau ranting muda.
  • Penyakit mati pucuk (die back) yang disebabkan oleh jamur. Gejala: kematian pada pucuk menyebar ke bawah.
  • Penyakit busuk daun (hawar/leaf blight), dengan gejala: kematian sel daun mulai dari ujung daun hingga ke tengah helaian daun.

Bila serangan hama/penyakit cukup tinggi, bibit dapat disemprot dengan insektisida atau fungisida, sesuai dengan dosis yang dianjurkan pada kemasan. (Contoh: Benomyl, Benlate).

 

2.3.6.        Penyiapan bibit Secara Vegetatif

Kendala penyiapan bibit meranti adalah musim buah yang tidak teratur dan benih yang tidak dapat disimpan lama seperti benih ortodoks. Oleh karena itu, penyiapan bibit secara vegetatif dengan stek pucuk merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam penyediaan bibit. Penyiapan bibit secara vegetatif memerlukan beberapa tahap yaitu penyiapan media, pembuatan stek pucuk, penyapihan dan pemeliharaan.

 

  1. 1.      Penyiapan media
  • Siapkan media perakaran untuk stek pucuk meranti berupa: (i) campuran serbuk sabut kelapa dan sekam padi dengan perbandingan 2:1; atau (ii) serbuk gergaji kayu (100 %); atau (iii) campuran sekam padi dan serbuk arang dengan perbandingan 2:1; atau (iv) pasir sungai.
  • Sterilisasi media dengan cara solarisasi selama 3 hari atau kukus selama 3 jam, untuk membunuh patogen tanaman.
  • Siapkan bak stek, dapat berupa bak plastik yang telah dilubangi bagian bawahnya atau bak kayu yang dapat langsung diletakkan di atas permukaan tanah.
  • Masukkan media perakaran ke dalam bak stek setebal 12-15 cm, dan siram sebelum ditanami.

 

  1. 2.      Pembuatan stek pucuk

Teknik stek pucuk dapat dilakukan secara konvensional, dengan menggunakan zat pengatur tumbuh akar (contohnya Rootone F), dengan sumber bahan stek muda yang berasal dari persemaian. Hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa persentase keberhasilan stek pucuk untuk jenis-jenis meranti sekitar 19-90 % (Subiakto dkk, 2005). Tahapanpembuatan stek pucuk meranti adalah sebagai berikut:

  • Potong bahan stek dengan gunting pada pagi hari dan kumpulkan dalam ember berisi air untuk menjaga kelembaban. Hindari penggunaan pucuk dari pohon dewasa.
  • Potong pucuk meranti sepanjang 10 cm, dengan dua helai daun lalu potong tiap helai daun hingga tersisa setengahnya, untuk mengurangi penguapan.
  • Tambahkan air pada tepung zat pengatur tumbuh (misalnya Rootone F) hingga berbentuk pasta, kemudian oleskan pada bagian pangkal pucuk meranti.
  • Tanam stek pucuk meranti pada bak stek dengan jarak 6cm x 6cm dan siram kembali setelah ditanam.
  • Letakkan bak stek di dalam sungkup plastik dengan peneduh, karena stek pucuk meranti membutuhkan kondisi aerasi yang baik, kelembaban dan suhu udara yang optimal untuk mengurangi persentase kematian dan meningkatkan persentase perakaran.
  • Siram 2 kali sehari dengan menggunakan embrat.
  • Amati perakarannya pada bulan kedua setelah stek ditanam. Bila ada stek yang mati, segera cabut dari bak perakaran.
  • Buka sungkup plastik setelah 3 bulan, tetapi masih dalam peneduh.
  • Biarkan kurang lebih satu minggu, baru kemudian lakukan penyapihan.
  1. 3.      Penyapihan
  • Untuk penyapihan, siapkan media sapih berupa campuran tanah dan sekam dengan perbandingan 2:1 atau campuran serbuk sabut kelapa dan sekam dengan perbandingan 2:1.
  • Siapkan kantong plastik (polybag) berukuran sedang (12 cm x 15 cm). Isi dengan media sapih kira-kira ½ tinggi kantong plastik.
  • Siram media sapih yang ada dalam kantong plastik.
  • Keluarkan stek yang tumbuh dan berakar dari bak stek. Lakukan dengan mencungkil media secara hati-hati agar tidak merusak perakaran. Usahakan media perakaran masih menyelimuti perakaran meranti.
  • Tanam stek dalam kantong plastik, lalu timbun kembali dengan media hingga menutupi perakaran dan siram dengan embrat.
  1. 4.      Pemeliharaan
  • Pelihara bibit stek meranti di persemaian hingga siap ditanam di lapangan (kurang lebih 3 bulan setelah penyapihan, atau tinggi bibit sekitar 50 cm).

 

2.3.7.        Penanaman

Bibit meranti ditanam pada musim hujan. Tahap-tahap penanamannya adalah sebagai berikut:

  • Buat lubang tanam berukuran 30cm x 30cm x 20cm, mengikuti ajir.
  • Lepaskan kantong plastik dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran
  • Tanam bibit ke dalam lubang tanam, dan timbun dengan tanah kembali. Setiap lubang ditanami dengan satu bibit meranti.KAYU MERANTI

DESKRIPSI KAYU JOHAR

Johar (Cassia siamea)

 a. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Cassia
Spesies : Cassia siamea Lamk

 b. Nama Daerah
Jawa : Juwar (Sunda,Betawi); Johar (Jateng, Banyuwangi)
Sumatera : Bujuk, dulang; Johor (Melayu)

c. Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Asli dari Asia Selatan dan Tenggara, penyebaran alami tidak jelas. Ditanam luas di seluruh  daerah tropis. Johar dapat tumbuh baik pada pelbagai kondisi tempat; akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim muson, dengan curah hujan antara 500—2800 mm (optimum sekitar 1000 mm) pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20—31 °C. Johar menyukai tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5—7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas elevasi 1300 m dpl.


 

d. Habitus
Pohon tahunan, tinggi 10-20 m (ukuran sedang), selalu hijau, percabangan melebar membentuk tajuk yang padat/rapat dan membulat.
Akar : Tunggang, coklat kehitaman
Batang : Bulat, tegak lurus dan pendek, berkayu, kulit kasar, bercabang, putih kotor. gemang jarang melebihi 50 cm, Pepagan (kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda;
Daun : Majemuk, menyirip genap, 10—35 cm panjangnya; dengan tangkai bulat torak sepanjang 1,5—3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya; poros daun tanpa kelenjar; daun penumpu meruncing kecil, lk. 1 mm, lekas rontok. Anak daun 4—16 pasang, bulat panjang, ujung dan pangkal membulat atau menumpul, tepi rata, panjang 3- 7,5 cm, lebar 1-2,5 cm, pertulangan menyirip, hijau agak menjangat, jorong hingga jorong-bundar telur, 3—8 cm × 1—2,5 cm, panjang 2—4 × lebarnya, gundul dan mengkilap di sisi atas, dengan rambut halus di sisi bawah,

Bunga : Majemuk, di ujung batang, kelopak terbagi lima, berwarna hijau kekuningan, benang sari ± 1 cm, tangkai sari kuning, kepala sari coklat, putik hijau kekuningan, daun pelindung cepat rontok, kuning, mahkota lepas, Bunga terkumpul dalam malai di ujung ranting, panjang 15—60 cm, berisi 10—60 kuntum yang terbagi lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) malai rata. Kelopak 5 buah, oval membundar, 4—9 mm, tebal dan berambut halus. Mahkota bunga berwarna kuning cerah, 5 helai, gundul, bundar telur terbalik, bendera dengan kuku sepanjang 1—2 mm. Benangsari 10, yang terpanjang lk. 1 cm; kurang lebih sama panjang dengan bakal buah dan tangkai putiknya. Bentuk bunga bulat telur, kuning

 

 

Buah : Polong, pipih, berbelah dua, panjang 15-20 cm, lebar ± 1,5 cm, masih muda hijau setelah tua hitam. Buah polong memipih, 15—30 cm × 12—16 mm, berbiji 20—30, dengan tepi yang menebal, pada akhirnya memecah. Biji bundar telur pipih, 6.5—8 mm × 6 mm, coklat terang mengkilap.
Biji : Bulat telur seperti kacang, berwarna coklat kehijauan, panjang 8-15 mm. Terdapat 35,000-45,000 benih/kg


e. Sifat Kayu

Kayu teras berwarna merah coklat muda semu-semu ungu, gubal berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Serat lurus atau agak berpadu, berat jenis rata-rata 0,53. Penyusutan dari keadaan basah sampai kering tanur 3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial). Kayu mindi tergolong kelas kuat III-II, setara dengan mahoni, sungkai, meranti merah dan kelas awet IV-V. Pengeringan alami, pada papan tebal 2,5 cm dari kadar air 37% sampai 15% memerlukan waktu 47 hari, dengan kecenderungan pecah ujung dan melengkung. Pengeringan dalam dapur pengering dengan bagan pengeringan yang dianjurkan adalah suhu 60-80% dengan kelembaban nisbi 80-40%.

f. Kegunaan

Johar sering ditanam dalam sistem pertanaman campuran (agroforestri), baik sebagai tanaman sela, tanaman tepi atau penghalang angin. Pohon ini acap ditanam sebagai penaung di perkebunan-perkebunan teh, kopi atau kakao. Akan tetapi perakarannya yang luas dapat berpotensi sebagai pesaing tanaman utama dalam perolehan unsur hara dan air, sehingga penanamannya harus dilakukan dengan hati-hati. Sekarang johar juga kerap ditanam sebagai pohon peneduh tepi jalan dan pohon hias di taman-taman, bahkan juga untuk merehabilitasi lahan pertambangan.
Kayu johar termasuk ke dalam kayu keras dan cukup berat (B.J. 0,6—1,01 pada kadar air 15%). Gubalnya berwarna keputihan, jelas terbedakan dari kayu terasnya yang coklat gelap hingga kehitaman, berbelang-belang kekuningan.Kayu terasnya sangat awet (kelas awet I), sedangkan gubalnya lekas rusak dimakan serangga. Kayu johar juga tergolong kuat (kelas kuat I atau II), sehingga disukai dalam pembuatan jembatan dan tiang bangunan. Warna dan motifnya yang indah menjadikan kayu ini digemari dalam pembuatan mebel dan panel dekoratif; sayangnya kayu johar tergolong sukar dikerjakan karena kekerasannya.
Johar menghasilkan kayu bakar yang baik, meskipun banyak mengeluarkan asap. Nilai kalorinya sebesar 4500-4600 Kkal/kg, sehingga kayu ini juga baik dijadikan arang.Pada masa silam, johar dimasukkan dan ditanam secara luas di Afrika untuk diperdagangkan kayunya.
Daun-daun johar, bunga dan polongnya yang muda dapat dijadikan pakan ternak ruminansia, namun kandungan alkaloida di dalamnya terbukti toksik (beracun) bagi non-ruminansia seperti babi dan unggas. Akan tetapi setelah melalui perebusan dan penggantian airnya beberapa kali, daun-daun johar yang muda dan bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam masakan lokal di Thailand dan Srilanka.
Johar juga menghasilkan zat penyamak dari pepagan, daun dan buahnya. Akarnya digunakan untuk mengobati cacingan dan sawan pada anak-anak. Kayu terasnya berkhasiat sebagai pencahar, dan rebusannya digunakan untuk mengobati kudis di Kamboja. Sementara di Jawa Tengah, teh johar yang dihasilkan dari rebusan daunnya dipakai sebagai obat malaria. Daun-daun dan bagian tumbuhan lainnya dari johar mengandung senyawa-senyawa kimia seperti antrakinona, antrona, flavona, serta aneka triterpenoida dan alkaloida, termasuk pula kasiadimina (cassiadimine).
Di Cina, johar ditanam sebagai tanaman inang untuk memelihara kutu lak. Sementara daun-daun johar sering pula dimanfaatkan sebagai pupuk hijau atau mulsa.

 

 

g. Budidaya
Benih harus ditabur di tempat terbuka, naungan sedikit saja dapat menurunkan perkecambahan. Benih dapat ditabur langsung pada alur atau lubang kecil dengan kedalaman 4-5 cm dan dijarangkan menjadi 30 cm pada akhir musim hujan pertama dan menjadi 1.8 x 1.8 m pada musim hujan berikutnya.
Di daerah kering dianjurkan menggunakan kantong plastik, dengan media campuran antara top soil dan kompos daun-daunan. Disiram secara teratur. Siap ditanam di lapangan setelah tingginya mencapai 30-35 cm Penanaman bisa juga dengan stump atau langsung disebar di lapangan.


Sumber:

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, Departemen Kehutanan RI
Faridah Hanum, I. and L.J.G. van der Maesen (eds.), 1997. Plant Resources of South-East Asia. No. 11. Auxillary plants. Leiden, Netherlands: Backhuys.
Hassain, M.K., 1999. Senna siamea – a widely used legume tree. Fact sheet 99-04. FACT Net, Winrock International.
Padma, V. et al., 1996. Studies on pre-sowing seed treatments in three species of Cassia. Seed Research, 24(1): 51-54.
Sosef, M.S.M., L.T. Hong and S. Prawirohatmodjo (eds), 1998. Plant Resources of South-East Asia. No 5(3). Timber trees: lesser-known timbers. Leiden, Neth-erlands; Backhuys Publishers.
Troup, R.S. 1921. The Silviculture of Indian Trees. Clarendon press, Oxford, U.K. vol. 11, p. 372