DESKRIPSI KAYU JOHAR

Johar (Cassia siamea)

 a. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Cassia
Spesies : Cassia siamea Lamk

 b. Nama Daerah
Jawa : Juwar (Sunda,Betawi); Johar (Jateng, Banyuwangi)
Sumatera : Bujuk, dulang; Johor (Melayu)

c. Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Asli dari Asia Selatan dan Tenggara, penyebaran alami tidak jelas. Ditanam luas di seluruh  daerah tropis. Johar dapat tumbuh baik pada pelbagai kondisi tempat; akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim muson, dengan curah hujan antara 500—2800 mm (optimum sekitar 1000 mm) pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20—31 °C. Johar menyukai tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5—7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas elevasi 1300 m dpl.


 

d. Habitus
Pohon tahunan, tinggi 10-20 m (ukuran sedang), selalu hijau, percabangan melebar membentuk tajuk yang padat/rapat dan membulat.
Akar : Tunggang, coklat kehitaman
Batang : Bulat, tegak lurus dan pendek, berkayu, kulit kasar, bercabang, putih kotor. gemang jarang melebihi 50 cm, Pepagan (kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda;
Daun : Majemuk, menyirip genap, 10—35 cm panjangnya; dengan tangkai bulat torak sepanjang 1,5—3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya; poros daun tanpa kelenjar; daun penumpu meruncing kecil, lk. 1 mm, lekas rontok. Anak daun 4—16 pasang, bulat panjang, ujung dan pangkal membulat atau menumpul, tepi rata, panjang 3- 7,5 cm, lebar 1-2,5 cm, pertulangan menyirip, hijau agak menjangat, jorong hingga jorong-bundar telur, 3—8 cm × 1—2,5 cm, panjang 2—4 × lebarnya, gundul dan mengkilap di sisi atas, dengan rambut halus di sisi bawah,

Bunga : Majemuk, di ujung batang, kelopak terbagi lima, berwarna hijau kekuningan, benang sari ± 1 cm, tangkai sari kuning, kepala sari coklat, putik hijau kekuningan, daun pelindung cepat rontok, kuning, mahkota lepas, Bunga terkumpul dalam malai di ujung ranting, panjang 15—60 cm, berisi 10—60 kuntum yang terbagi lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) malai rata. Kelopak 5 buah, oval membundar, 4—9 mm, tebal dan berambut halus. Mahkota bunga berwarna kuning cerah, 5 helai, gundul, bundar telur terbalik, bendera dengan kuku sepanjang 1—2 mm. Benangsari 10, yang terpanjang lk. 1 cm; kurang lebih sama panjang dengan bakal buah dan tangkai putiknya. Bentuk bunga bulat telur, kuning

 

 

Buah : Polong, pipih, berbelah dua, panjang 15-20 cm, lebar ± 1,5 cm, masih muda hijau setelah tua hitam. Buah polong memipih, 15—30 cm × 12—16 mm, berbiji 20—30, dengan tepi yang menebal, pada akhirnya memecah. Biji bundar telur pipih, 6.5—8 mm × 6 mm, coklat terang mengkilap.
Biji : Bulat telur seperti kacang, berwarna coklat kehijauan, panjang 8-15 mm. Terdapat 35,000-45,000 benih/kg


e. Sifat Kayu

Kayu teras berwarna merah coklat muda semu-semu ungu, gubal berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Serat lurus atau agak berpadu, berat jenis rata-rata 0,53. Penyusutan dari keadaan basah sampai kering tanur 3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial). Kayu mindi tergolong kelas kuat III-II, setara dengan mahoni, sungkai, meranti merah dan kelas awet IV-V. Pengeringan alami, pada papan tebal 2,5 cm dari kadar air 37% sampai 15% memerlukan waktu 47 hari, dengan kecenderungan pecah ujung dan melengkung. Pengeringan dalam dapur pengering dengan bagan pengeringan yang dianjurkan adalah suhu 60-80% dengan kelembaban nisbi 80-40%.

f. Kegunaan

Johar sering ditanam dalam sistem pertanaman campuran (agroforestri), baik sebagai tanaman sela, tanaman tepi atau penghalang angin. Pohon ini acap ditanam sebagai penaung di perkebunan-perkebunan teh, kopi atau kakao. Akan tetapi perakarannya yang luas dapat berpotensi sebagai pesaing tanaman utama dalam perolehan unsur hara dan air, sehingga penanamannya harus dilakukan dengan hati-hati. Sekarang johar juga kerap ditanam sebagai pohon peneduh tepi jalan dan pohon hias di taman-taman, bahkan juga untuk merehabilitasi lahan pertambangan.
Kayu johar termasuk ke dalam kayu keras dan cukup berat (B.J. 0,6—1,01 pada kadar air 15%). Gubalnya berwarna keputihan, jelas terbedakan dari kayu terasnya yang coklat gelap hingga kehitaman, berbelang-belang kekuningan.Kayu terasnya sangat awet (kelas awet I), sedangkan gubalnya lekas rusak dimakan serangga. Kayu johar juga tergolong kuat (kelas kuat I atau II), sehingga disukai dalam pembuatan jembatan dan tiang bangunan. Warna dan motifnya yang indah menjadikan kayu ini digemari dalam pembuatan mebel dan panel dekoratif; sayangnya kayu johar tergolong sukar dikerjakan karena kekerasannya.
Johar menghasilkan kayu bakar yang baik, meskipun banyak mengeluarkan asap. Nilai kalorinya sebesar 4500-4600 Kkal/kg, sehingga kayu ini juga baik dijadikan arang.Pada masa silam, johar dimasukkan dan ditanam secara luas di Afrika untuk diperdagangkan kayunya.
Daun-daun johar, bunga dan polongnya yang muda dapat dijadikan pakan ternak ruminansia, namun kandungan alkaloida di dalamnya terbukti toksik (beracun) bagi non-ruminansia seperti babi dan unggas. Akan tetapi setelah melalui perebusan dan penggantian airnya beberapa kali, daun-daun johar yang muda dan bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam masakan lokal di Thailand dan Srilanka.
Johar juga menghasilkan zat penyamak dari pepagan, daun dan buahnya. Akarnya digunakan untuk mengobati cacingan dan sawan pada anak-anak. Kayu terasnya berkhasiat sebagai pencahar, dan rebusannya digunakan untuk mengobati kudis di Kamboja. Sementara di Jawa Tengah, teh johar yang dihasilkan dari rebusan daunnya dipakai sebagai obat malaria. Daun-daun dan bagian tumbuhan lainnya dari johar mengandung senyawa-senyawa kimia seperti antrakinona, antrona, flavona, serta aneka triterpenoida dan alkaloida, termasuk pula kasiadimina (cassiadimine).
Di Cina, johar ditanam sebagai tanaman inang untuk memelihara kutu lak. Sementara daun-daun johar sering pula dimanfaatkan sebagai pupuk hijau atau mulsa.

 

 

g. Budidaya
Benih harus ditabur di tempat terbuka, naungan sedikit saja dapat menurunkan perkecambahan. Benih dapat ditabur langsung pada alur atau lubang kecil dengan kedalaman 4-5 cm dan dijarangkan menjadi 30 cm pada akhir musim hujan pertama dan menjadi 1.8 x 1.8 m pada musim hujan berikutnya.
Di daerah kering dianjurkan menggunakan kantong plastik, dengan media campuran antara top soil dan kompos daun-daunan. Disiram secara teratur. Siap ditanam di lapangan setelah tingginya mencapai 30-35 cm Penanaman bisa juga dengan stump atau langsung disebar di lapangan.


Sumber:

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, Departemen Kehutanan RI
Faridah Hanum, I. and L.J.G. van der Maesen (eds.), 1997. Plant Resources of South-East Asia. No. 11. Auxillary plants. Leiden, Netherlands: Backhuys.
Hassain, M.K., 1999. Senna siamea – a widely used legume tree. Fact sheet 99-04. FACT Net, Winrock International.
Padma, V. et al., 1996. Studies on pre-sowing seed treatments in three species of Cassia. Seed Research, 24(1): 51-54.
Sosef, M.S.M., L.T. Hong and S. Prawirohatmodjo (eds), 1998. Plant Resources of South-East Asia. No 5(3). Timber trees: lesser-known timbers. Leiden, Neth-erlands; Backhuys Publishers.
Troup, R.S. 1921. The Silviculture of Indian Trees. Clarendon press, Oxford, U.K. vol. 11, p. 372

Tinggalkan komentar